Selasa, 04 Oktober 2016

Panggil aku Senin

Bila setiap hari adalah Ahad, mungkin kita tidak akan merasakan sempatnya rindu di Senin yang sibuk, dan itu lebih syahdu rasanya, mencuri rindu di sela waktu.

Tidak ada alasan yang benar untuk kita klaim demi menyatakan bahwa kita sangat patah, tidak ada!

Bukankah kita saling mencintai dengan hati yang dulunya juga kita pakai untuk mencintai orang lain sebelumnya. Kita juga saling menyentuh di kulit yang sudah merekam jejak-jejak kekasih kita di masa lalu, kan?

Tentang luka ini, harus ku akui telah sempat membuatku berantakan, tidak percaya diri untuk bisa bernapas bahkan sebaik orang-orang ketika mereka terengah-engah, paru-paruku tidak lagi menampung apa-apa untuk sekedar bisa bertukar udara.

Tapi setelah ini, ku pahami, dulu sebelum mengenalmu aku telah hidup, jadi kau tidak sebaiknya menjadi alasan untuk aku mati. Perpisahan ini serupa angin yang menumbangkanku, dan aku yang baru telah siap tumbuh kembali.

Aku akan datang lagi pekan depan, untuk mecintaimu! memilikimu tidak! kau terlalu senang membagi diri, aku tak cocok dengan itu.

Rinduku utuh padamu, terserah bagaimana kau, aku tidak sedang mau terlalu memaksakan diri untuk menunggu kau setia dengan cara yang sama, pernah denganmu sudah cukup. Aku tahu, dan memang sudah semesti ku ajak diriku menerima bagaimana dunia ini berkerja perihal "ada sesuatu yang sangat memikat hatimu tapi tak layak kau ingini". Bagiku kau begitu, kau lebih pantas bersama mereka-mereka.

Aku terlahir untuk membuatmu merasa percaya diri telah pernah denganku, dan ku pastikan, itu tidak akan lagi, tidak!

Pada Senin aku datang lagi, meniupkan rinduku, jika kau endus aroma puisi itu aku, tapi jangan susah-susah untuk mau tergugah, aku juga tidak selera mengambilmu darinya. Jadi, dengannya saja yah! menahanmu tidak membuat cinta kita utuh kembali.

#ArungWidara

Anu-Mali

Yang saya bingungkan dari lelaki adalah mengapa mereka pandai sekali untuk pura-pura paling kecewa, padahal dalam banyak momen merekalah yang sering memberi isyarat "hei wanita, lihatlah ini salahmu!"

Tapi disaat yang sama mereka bertingkah bak pahlwan "salahkan saja aku!" ini kan anomali! sementara perempuan cenderung lebih suka yang lugas, karena apa? karena kami lebih suka mendengar sendiri apa yang sudah kami ketahui.

Kemudian soal khianat, ayolah Bung jangan bicara soal kesetiaan kalau yang kalian lakukan saat berkumpul dengan kawan-kawan adalah membandingkan satu perempuan dengan perempuan lain mana yang lebih menarik.

Kalian, para lelaki, suka sekali berkilah tentang keidealan, tapi tak pernah mau sepakat dengan aturan main soal apa sih ideal itu.

#ArungWidara

Saya Mau dicintai Seperti Dirimu dicintai Saya!

Cintaku terhadapmu berat di kepala, dan seluruhku bagimu!

Bilang kalau saya pernah melukai kamu, menempatkanmu pada posisi yang tidak dihargai, atau bila saya pernah menutup telinga saat kau mulai bicara walau terkadang yang keluar dari mulutmu itu mencincang perasaanku. atau pernahkah saya memecah perhatian saat kau sedang mau-maunya menjadi fokus?

Langit ada tujuh, kau ke delapan bagiku, ku muliakan sekali. Sampai saya lupa tentang satu, perihal kau akhirnya menjadi sudah semakin tinggi hingga tak bisa lagi ku gapai.

Kita setidaknya dituntut bahagia oleh mereka yang bersedia patah demi tidak memiliki kita, setidaknya pengorbanan mereka berhak tidak sia-sia!

Dan saya tidak pernah mengerti apa itu merdeka, kalau untuk bersamamu saja mesti berjuang melawan semua masa lalumu yang menyerang saya secara bergerilya!

Apapun, sebelum jalan mendapati kaki saya tiba di hadapan hatimu, sudah ku pastikan tidak tersisa satu pun dari kepingan masa lalu yang akan bisa mengusik perasaanku bahkan saat marah sudah diubun-ubun dan emosi sudah sampai di ujung lidah.

Aku memperlakukan masa laluku sebagai hal baik yang akan menjadi semakin baik jika tetap saja begitu, tetap menjadi kenangan, tidak membebanimu yang ku pilih sebagai masa depan. Tidak menyandung perasaanmu, sehingga saya dan kau melangkah dengan enteng!

Kalau aku bisa menaruh pengalamanku sebatas di hari kemarin, lantas kenapa kamu masih tidak segan mengajak aku takut? seolah kau sengaja menempatkan semua orang-orang itu untuk mengancamku.

Cinta ini kepada diri kau besarnya telah teramat, dan saya berterima kasih kepada siapa pun yang telah merawatmu di masa lalu untuk bisa sampai padaku, tapi bila kau masih mau mengulang pada siapapun di antaranya, saya sendiri akan mengantarmu ke sana. iring-iringan dariku adalah doa, semoga setelah itu saya menjadi masa lalu yang lebih baik dari yang pernah kau punya, yaitu tidak kembali.

#ArungWidara
Makassar di Bulan yang Mendung